dracorion


tag: kisses, light nsfw.


Giselle mulai mendekati Ningning, tangannya melingkar di pinggang kekasihnya itu dan direngkuh untuk mendekat, Giselle duduk di atas kasur dan Ningning ditarik untuk duduk di atas pangkuannya dengan melingkarkan kedua tangan memeluk leher Giselle.

Ningning memulai permainan terlebih dahulu, didekatkan wajahnya ke arah wajah Giselle dan menyatukan bibir keduanya, dapat dirasakan oleh Ningning rasa manis dari kedua bibir yang menyatu itu, semuanya menyeruak seiring dengan pergerakan yang dibuat oleh keduanya.

Giselle membuka akses untuk Ningning mengeksplorasi lebih dalam sambil kedua tangan mereka saling merengkuh satu sama lain, pertemuan lidah keduanya semakin intens dengan deruan nafas yang mulai tidak teratur karena terlalu lamanya kedua insan itu menyatukan bibir mereka.

Ningning menjauhkan wajahnya, ditatapnya mata kekasihnya yang cantik itu, Giselle dengan mata yang selalu menatap Ningning seolah tidak ada hal lain yang lebih indah daripada dirinya. Perlahan Ningning menyingkirkan helaian rambut yang sedikit menutupi wajah kekasihnya itu, baru sebentar permainan di mulai kekasihnya sudah terlihat sedikit berantakan.

Giselle memberikan scrunchies yang tadinya terikat di pergelangan tangan kirinya itu kepada Ningning, memberikan kode untuk si kekasih mengikat rambut panjangnya. Ningning tentunya langsung paham saat Giselle mengarahkan tangannya. Masih dengan tangan yang melingkar di pinggang Ningning, Giselle mendekatkan wajahnya ke arah leher Ningning sambil kekasihnya itu mengikat rambutnya.

Wangi vanila tercium jelas saat Giselle mendekatkan wajahnya ke arah leher Ningning, wangi yang selalu membuat Giselle merasa ingin memakan kekasihnya saat itu juga. Didekatkan wajahnya ke dekat tulang selangka milik Ningning, hidungnya bergerak perlahan meraba kulit mulus milik yang lebih muda.

Ningning hanya menghembuskan nafas kasar saat merasakan hidung Giselle meraba area sekitar tulang selangkanya, geli, itu yang dirasakan Ningning, dengan Giselle yang perlahan menciumi lehernya dengan ciuman-ciuman singkat.

“you're pretty” kata Giselle sambil masih menelusuri leher cantik kekasihnya itu, perlahan dibukalah kardigan putih yang dipakai Ningning hingga hanya menyisakan tanktop nya, lagi, Giselle mendekatkan wajahnya dan menghujani kulit Ningning dengan ciuman kecil di area leher hingga bahu milik kekasihnya.

“kamu nggak pake lipcream yang kissproof, ya?” tanya Ningning saat melihat bagian tulang selangka hingga bahunya yang ditandai dengan bekas lipcream milik Giselle, “emang sengaja, I wanna make it even prettier with the marks that I made” jawab Giselle kembali melanjutkan aktivitasnya.

Dapat dirasakan oleh Ningning saat Giselle perlahan menggigit lehernya, ia pastikan besok akan ada bekas keunguan yang tertinggal, keduanya masih terus melakukan aktivitas dengan masing-masing menahan suara agar tidak membuat penghuni rumah Ningning curiga akan suara-suara yang dibuat oleh keduanya.

Giselle menyingkirkan tali tanktop milik Ningning untuk memudahkan mengeksplor bahu milik kekasihnya, “do you want me to get naked right now?” tanya Ningning secara gamblang, terlihat sangat tidak sabaran dengan kekasihnya yang bergerak sangat lambat itu, ia bahkan sudah siap untuk membuka bajunya saat itu juga yang langsung membuat Giselle terkekeh mendengarnya.

“sabar baby, kamu udah gak tahan banget, ya?”

Mendengar pertanyaan dari Giselle membuat Ningning tersipu malu karena memang benar adanya, sekarang Ningning sudah tidak tahan lagi.

“pelan-pelan, nikmatin aja” kata Giselle berbisik di kuping Ningning.


lanjutannya ada di privatter, kalo diskip juga masih tetep bisa baca part selanjutnya, kok.

the pizza time + talk with the siblings

tw // mentioning homophobia, violence

“thank you, a echan!” teriak Ningning sambil mengambil satu slice pizza yang ada di atas meja, margarita pizza favoritnya.

“stop manggil pacar gue pake aa, dek” kata Renjun kesal, ia sangat benci mendengar Ningning memanggil Haechan dengan embel-embel “a” sebelum namanya.

“ngatuuuur” sahut Ningning, “babyyy, kamu gak makan?” tanyanya kepada Giselle yang baru saja sampai di ruang makan dan duduk di sebelahnya.

“ini mau, makasih ya chan” kata Giselle menjawab pertanyaan Ningning sekaligus mengucapkan terimakasih kepada Haechan.

“eh, lu berdua sampe sekarang masih backstreet ya” kata Haechan membuka topik obrolan, Renjun yang tadinya sedang memainkan ponselnya sambil mengunyah makanan langsung menoleh ke arah kekasihnya itu.

Giselle mengedikkan bahunya, “kalo dibilang backstreet sih, enggak ya, di sosmed juga kita terang-terangan bilang kalo kita pacaran” jawabnya.

“ini cuma mama papa doang yang gak tau kalo gue sama Giselle pacaran” kata Ningning ikut menjawab pertanyaan Haechan.

“kalo kata abang mah, adek jangan sampe ketauan sama mama papa” sahut Renjun.

Renjun ingat betul bagaimana waktu itu Mama dan Papa menginterogasi dirinya, bahkan Papa saat itu hampir memukulnya karena mengetahui seksualitas Renjun sebenarnya.

Tentu, orangtuanya kecewa mengetahui kebenaran yang ada, terlebih Renjun adalah anak sulungnya, namun yang bisa dilakukan oleh Chanyeol dan Wendy hanyalah menerima Renjun, namun berujung memaksa Ningning untuk menyukai lawan jenis agar tidak seperti Renjun.

“adek juga gak berani kalo sampe ketauan mama papa, kemarin abang ketauan aja kan malah adek yang nangis” jawab Ningning, ia masih ingat bagaimana Papanya sangat marah mengetahui kebenaran tentang anak sulungnya, yang Ningning lakukan pada saat itu hanyalah menangis di dalam kamar dan berharap Kakaknya selamat dari pukulan.

“maaf ya dek, jadi lu yang dipaksain sama mama papa” kata Renjun.

“apaan sih bang pake minta maaf segala, abang gak salah juga” jawab Ningning langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Renjun lalu memeluk lehernya, “abang tuh harus seneng terus biar semua orang juga seneng, gausah mikirin yang gak penting” katanya.

Giselle dan Haechan hanya tersenyum menyaksikan kedua saudara di hadapan mereka yang tiba-tiba akur karena membahas topik sensitif ini.

Keduanya tau bagaimana Ningning dan Renjun memang sangat dekat satu sama lain, walaupun keduanya sangat sering bertengkar.


sleepover time and night talk

Keduanya berpelukan, bergulung di dalam selimut tebal di kamar Ningning. Keadaan kamar dengan pencahayaan yang redup, hanya ada cahaya dari lampu tidur di sebelah kasur.

“sayang” panggil Ningning yang hanya dijawab dengan dehaman oleh Giselle, “besok boleh gak sih gausah jalan bareng winter sama karina?” tanyanya.

“kenapa?” tanya Giselle bingung, pasalnya mereka berempat sudah janji untuk bertemu sejak jauh-jauh hari.

“mau peluk Giselle sampe besok sore” jawab Ningning yang langsung membuat Giselle terkekeh.

“kamu kenapa deh kok mendadak jadi manja gini?” tanyanya lagi, biasanya Ningning tidak pernah semanja ini, jarang sekali.

“mmmm”

“oh tanggal berapa ya sekarang?” tanyanya langsung mengambil ponsel dan mengecek kalender di ponselnya, sisa dua hari lagi.

“hehe” kekeh Ningning setelah Giselle melihat tanggal di ponselnya.

“kalo mau mens biasanya marah-marah tapi kok ini jadi clingy gini, sih?” sepertinya Giselle sudah kelewatan gemas melihat Ningning bertingkah lucu di dalam pelukannya.

“yaudah bobo aja deh” kata Ningning sambil mengeratkan pelukannya dan memejamkan matanya.

“good night, baby” kata Giselle langsung mencium pipi pacarnya itu.

renhyuck & markhyuck au prompt.


“sekarang lo ngerasain kan gimana rasanya jadi Mark” kata Jaemin yang langsung duduk di sebelah Renjun, keduanya duduk kursi yang ada di balkon kamar Renjun.

Renjun masih sibuk menyesap rokoknya dan mengedikkan bahu, “gatau, mungkin dia lebih sakit” jawabnya.

Entah bagaimana Jaemin tiba-tiba datang ke kamarnya dan mengatakan hal tersebut.

Sudah lebih dari dua bulan yang lalu, Haechan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Renjun, hubungan yang dirasa penuh kesalahan dan dimulai hanya karena keegoisan keduanya.

Saat itu keduanya memang dekat, entah bagaimana Renjun akhirnya mengetahui kalau sebenarnya Haechan masih terikat hubungan dengan Mark.

Menyadari bahwa hubungan Renjun dan Haechan sudah sedikit melewati batas, Renjun meminta Haechan untuk memilih apakah ia akan mengakhiri hubungannya dengan Mark atau meninggalkan Renjun.

Rasa senang tentu menyelimuti Renjun saat itu karena Haechan benar-benar memilihnya dan meninggalkan Mark, sama sekali tidak terlintas di pikiran Renjun bagaimana perasaan Mark pada saat itu yang bahkan tidak tau apapun tentang apa yang terjadi hingga Haechan memutuskan hubungan keduanya.

“waktu itu Mark nangis, dia masih sayang banget sama Haechan tapi Haechan malah milih lo” kata Jaemin.

Renjun menundukkan kepalanya, “seharusnya semua gak pernah dimulai” jawab Renjun.

“udahlah, semua udah kejadian dan yang lo rasain sekarang cuma penyesalan aja, jangan pernah lagi lo seneng karena seseorang milih untuk ninggalin orang lain demi lo” ucap Jaemin sambil menepuk-nepuk bahu Renjun.

“kenapa gue yang kena karmanya, ya? kan yang jahat dia” tanya Renjun bingung, masih sambil sibuk menyesap rokok di tangannya.

“kalian sama-sama jahat, mungkin sekarang lo ngerasain sakitnya duluan, kita gak pernah tau kapan dia bakal disakitin sama orang lain”

Renjun mengangguk mendengar jawaban Jaemin, memang seharusnya ia tidak pernah memulai hubungan dengan Haechan.

Orang baru memang selalu terlihat lebih menarik, bahkan lebih menarik dari pada yang sudah kita miliki, tapi ketika mereka sudah jatuh ke dalam pelukan kita, semua pasti tidak akan semenarik di awal.

fear, hope, and reality.

Beach, people can feel how calm and comfortable that place is by hearing that words, the comfort of sitting on the sand, enjoying the breeze, and hearing the sound of the waves.

Supposedly, beach is a calm place, right? Beach is a beautiful place that is loved by anyone who visits it.

I know that beach can actually be a very calming place, helping us to forget all the problems for a moment that are in our mind, but it's a shame for me because beach is a place that will probably always remind me of painful memories.

In the past, beach was a place where I always went to get away from all problems for a short time. Beach is a place that acts like a medicine for me. On the beach, I sat on the sand, enjoying the calm breeze with the sound of the waves. Occasionally draws abstract things on the sand, run here and there, or just stare at the waves.

Those sweet things made me feel depressed every time I saw the beach up close, every time I felt my feet touch the sandbar, felt my skin being blown by the wind, and saw how the waves in front of me rolled.

I'm out of breath, it hurts me every time I felt how beach was torturing me, as if I was being eroded by the waves.

Beach really describes how I am and all the things I miss right now, every time I feel I miss the beach but too afraid to go there.

Deeply, I really miss the times when I saw how calm the atmosphere was on the beach with the sunset that accompanied us.

My fear of beach was indeed the biggest obstacle for me when the longing came. Thankfully, there is a large building near the beach where I can make it a place where I can gaze at the beach from a distance.

That building is like a bridge to me, where I can see the things I miss without having to visit them again.

Same as a beautiful beach to me. The thing that I miss, will always be the most beautiful and comfortable place that I will remember, but not going to visit.

I always hope that all these fears never existed, that all the feelings that suppressed me would disappear, but the reality against it.

ketakutan, harapan, dan kenyataan.

Pantai, mendengar kata itu saja sudah bisa membuat orang-orang pada umumnya merasakan bagaimana tenang dan nyamannya duduk di atas pasir, menikmati hambusan angin, dan mendengar suara desiran ombak.

Seharusnya, pantai adalah tempat yang tenang, bukan? Pantai tempat yang indah yang sangat disukai oleh siapapun yang mengunjunginya.

Aku tau kalau sebenarnya pantai bisa menjadi tempat yang sangat menenangkan, membantu melupakan sejenak segala permasalahan yang ada di dalam pikiran, namun sangat disayangkan karena pantai adalah tempat yang mungkin akan selalu mengingatkanku pada kenangan yang menyakitkan.

Dulu, pantai menjadi tempat dimana aku selalu pergi untuk melepaskan diri dari segala masalah untuk waktu yang singkat. Pantai adalah tempat yang berperan bagaikan obat untukku.

Di pantai, aku duduk di atas pasir, menikmati angin yang tenang dengan suara desiran ombak. Sesekali menulis hal-hal abstrak di atas pasir, berlarian kesana dan kemari, atau hanya sekedar menatap gulungan ombak.

Hal-hal manis itu membuatku merasa tertekan setiap melihat pantai dari jarak dekat, setiap kali merasakan kakiku menyentuh gundukan pasir, merasakan kulitku diterpa oleh angin, dan melihat bagaimana ombak di hadapanku bergulung.

Dadaku sesak, rasanya sakit setiap merasakan bagaimana pantai terasa menyiksaku, seolah diriku lah yang dikikis oleh ombak.

Pantai benar-benar menggambarkan bagaimana diriku dan semua hal yang kurindukan saat ini, setiap saat rasanya aku merindukan pantai namun takut untuk mendatanginya.

Di dalam hatiku, aku sangat merindukan saat-saat dimana melihat bagaimana suasana tenang di pantai dengan matahari terbenam yang menemani.

Ketakutannya terhadap pantai memang menjadi penghalang terbesar untukku dikala rindu itu datang. Bersyukur, ada gedung besar di dekat pantai dimana aku bisa menjadikannya sebagai tempat dimana aku bisa menatap pantai dari jarak jauh.

Gedung itu bagaikan jembatan untukku, dimana aku bisa melihat hal yang aku rindukan tanpa perlu mendatanginya lagi.

Sama halnya seperti pantai yang indah bagiku. Hal yang aku rindukan itu, akan selalu menjadi tempat nyaman terindah yang akan aku ingat, namun enggan untuk aku kunjungi.

Aku selalu berharap segala ketakutan ini tidak pernah ada, semua rasa yang membuatku tertekan dapat hilang, hanya saja kenyataan menentang semuanya.

6 Juni, hari spesial bagi Harsa. Hari ini seharusnya menjadi hari dimana Rendra memberikan hadiah dan ucapan terbaiknya kepada Harsa.

Julian yang menjadi salah satu teman terdekat Rendra, satu-satunya orang yang mau mengurus segala macam hal yang ditinggalkan Rendra.

Tepat satu hari sebelum ulang tahun Harsa, ia pergi untuk selamanya. Rendra tidak menepati janjinya dan lebih memilih untuk menggapai kebahagiaan yang dimaksudnya.

“Ini gue temuin pas bersih-bersih di kamar Rendra, kayanya ini kado buat lu yang dia udah siapin dari lama karena ada banyak surat dengan nama lu disana,” kata Julian dengan nada malas, ia benar-benar masih menganggap Harsa adalah alasan kenapa Rendra pergi meninggalkan mereka.

thanks” jawab Harsa.

“Oh iya, happy birthday dan semoga gak ada orang lain yang lu sia-siain lagi.” Katanya lalu pergi meninggalkan Harsa yang sedang terduduk di ruang tamunya.

Harsa menunduk, menatap kotak dengan surat-surat yang terlipat rapih di dalamnya dengan satu gantungan kunci kecil berbentuk bunga matahari.

Ada satu surat yang menarik perhatian Harsa, surat yang tidak terlihat rapih dan bersih dengan sobekan di ujungnya.

Perlahan dibuka dan dibacanya surat itu.


selamat ulang tahun Harsa

maaf karena gak bisa ngasih kamu kado dan ucapan terbaik di tahun ini, aku berharap kamu selalu bahagia

Harsa maaf karena aku belum bisa kasih kado terbaikku, gantungan kunci bunga matahari ini sebenernya cuma salah satu dari sekian barang yang bakal aku kasih ke kamu, tapi maaf karena yang bisa aku kasih akhirnya cuma ini

Harsa, makasih karena udah bertahan sampai di umur ke 21 ini, aku bangga sama kamu

maaf karena aku gak bisa ngerayain ulang tahun kamu bareng-bareng, ya? aku punya urusan lain hehe, tapi seenggaknya kita udah ngerayain ulang tahunku bareng-bareng kan?

Harsa, kamu tau kan apa arti bunga matahari? artinya kesetiaan... warnanya melambangkan kehangatan dan kebahagiaan, sama persis kan kaya kamu?

makasih karena udah ngasih aku banyak kehangatan dan kebahagiaan selama aku kenal kamu, aku akan selalu inget dan sayang sama kamu, semoga kamu juga ya?

selamat ulang tahun Harsa, bunga matahariku, semoga kamu tumbuh dengan baik

i love you, Harsa


Dilipatkan kembali surat itu oleh Harsa, air matanya tidak terbendung lagi dan menetes ke pipinya.

Harsa menundukkan kepalanya dalam-dalam seiring dengan semakin kerasnya isak tangis yang dirasakan.

Perih, itu yang dirasakan Harsa saat membaca surat itu. Benar-benar surat terakhir yang diberikan Rendra untuk ulang tahunnya.

Harsa tidak habis pikir dengan apa yang Rendra lakukan, bahkan di akhir hayatnya pun ia masih memikirkan Harsa yang pada saat itu sama sekali tidak menolehkan kepalanya sedikitpun terhadap usaha yang Rendra lakukan.

“Rendra... kamu berhak bahagia, maaf karena selalu bikin kamu sedih dan makasih karena selalu memberi semuanya dengan tulus

bunga matahari itu bukan hanya aku tapi kita karena kesetiaan itu ada di kamu, bukan aku.”

Memang, kata-kata yang diucapkan Harsa di dalam hatinya, di tengah-tengah isak tangisnya saat ini tidak akan pernah bisa merubah apapun.

Tapi mungkin Rendra akan mendengar permintaan maaf dan terimakasih yang diucapkannya, walau tidak akan merubah apapun.

Surat terakhir dari Rendra.


tertulis nama kelima sahabatnya di atas sana.

Untuk Julian, Johan, Andy, Cakra, dan Marlon

sebelumnya, gue akan berterimakasih sama Harsa yang udah ngenalin orang sebaik kalian untuk jadi temen gue.

gue gak akan pernah lupa dengan banyaknya kebaikan yang Julian kasih ke gue, ngurusin gue sampe Johan bahkan diabaikan. Julian, gue berterimakasih banyak sama lu karena udah jadi orang yang paling deket sama gue setelah Harsa, makasih udah selalu ada buat gue ketika gue butuh dan maaf selalu ngerepotin lu, gue janji ini akan jadi yang terakhir kalinya gue ngerepotin lu. Makasih banyak Julian, jangan lupa untuk bahagia karena sekarang lu gak perlu repot ngurusin gue lagi, gue sayang sama lu, temen terbaik yang gue punya.

Johan, gue cuma mau bilang maaf dan makasih ke lu sebanyak-banyaknya karena udah mau tetep ada di sebelah Julian bahkan ketika dia kerepotan ngurusin gue, maaf udah terlalu banyak ngambil waktu lu bareng Julian ya... sekarang pokoknya lu harus manfaatin waktu kalian berdua buat seneng-seneng, awas aja kalo enggak nanti kepala lu gue getok hehe. Thanks a lot Johan.

Andy, Cakra... makasih banyak karena kalian selalu berusaha ngehibur gue ya? gue seneng banget bisa kenal kalian walaupun gue sering ngacangin kalian kalo lagi becanda, bukan maksud gue kaya gitu kok. Makasih banyak karena udah jadi orang baik yang mau jadi temen gue, semoga kalian berdua bisa selalu bahagia dengan cara apapun ya? kalian harus janji

buat Marlon, makasih banyak udah jadi kakak yang baik buat Harsa sekaligus buat gue, walaupun kita baru kenal beberapa tahun, gue bener-bener merasa lu selalu berusaha untuk jadi sosok kakak yang baik buat adik-adik di tengah kesibukan lu. Marlon, gue minta tolong marahin Harsa ya kalo dia ngopi banyak-banyak, kasian lambungnya tuh haha... oiya Marlon, makasih karena udah sering bantuin gue ya, gue sayang lu karena lu adalah kakak terbaik gue.

kalian berlima adalah orang-orang penting di hidup gue, gue mau kalian bahagia dan senyum terus, bisa kan? harus bisa karena pas kalian baca surat ini, gue udah ketemu sama kebahagiaan yang gue maksud. see you when I see you, temen-temen... gue sayang kalian, jangan lupain itu ya?


Di surat kedua tertulis,

untuk Mama

Mama, maaf ya karena Rendra belum bisa jadi anak yang baik dan selalu ngecewain Mama. Rendra pernah bilang ke mama untuk cari kebahagiaan Rendra... dan pas Mama baca surat ini, Rendra udah ketemu sama kebahagiaan yang Rendra maksud, Ma.

Mama, tolong jaga kesehatan Mama ya? Rendra tau kalo Mama lebih kuat dari apapun. Mama adalah Mama paling hebat di dunia ini. Pokoknya kalo Mama sedih, nanti Rendra peluk dari jauh ya, ma?

sekarang Rendra udah gak bakal ngerepotin Mama lagi, jadi Mama bisa fokus untuk ngejar kebahagiaan Mama... Jangan paksain diri Mama bertahan buat orang yang gak bisa bikin Mama bahagia, ya? Rendra gak suka liat mama nangis-nangis terus.

Rendra sayang Mama, sayang banget sampe Rendra gak bisa jelasin pake kata-kata. Sekarang mungkin Rendra gak ada di sekitar Mama, tapi Mama tau 'kan kalo Rendra bakal selalu ada di hati Mama?

i love you, Mama

mungkin sekarang waktunya.

tw // death, blood, suicide.

Rendra duduk termenung di meja belajarnya, badannya sakit, terasa seperti remuk. Ayahnya memang tidak pernah main-main dengan perkataannya yang lebih memilih Rendra untuk mati daripada harus memiliki anak seorang gay.

Semenjak Harsa pergi, kehidupannya terasa hampa, bahkan menyakitkan. Rendra yang kesepian, akhirnya dipertemukan dengan Harsa namun sangat disayangkan mereka harus dengan terpaksa dipisahkan lagi.

Apakah Rendra jahat kalau ia berpikir semuanya akan lebih baik kalau ia tidak pernah bertemu dengan Harsa?

Harsa, seusai dengan namanya yang berarti kebahagiaan memang benar-benar menjadi sumber kebahagiaan bagi Rendra, ia adalah pusat dari segala emosi yang dirasakan Rendra.

Karena Harsa, Rendra bisa merasakan senang, sedih, tawa, dan segala emosi lainnya.

Rendra sangat mensyukuri kehadiran Harsa di kehidupannya, ia adalah orang paling beruntung karena pernah merasakan bagaimana rasanya dekat dengan orang sebaik Harsa.

Nama Rendra yang berarti memberi, benar-benar menggambarkan bagaimana Rendra memberikan segalanya, segala perasaan yang dimilikinya untuk Harsa.

Rendra dengan tulus memberikan rasa sayang dan cintanya kepada Harsa, yang entah dapat merasakannya atau tidak. Bahkan mungkin enggan untuk mengetahui hal tersebut.

Mungkin keduanya memang ditakdirkan untuk saling mengenal tanpa berakhir bersama. Sakit? Memang. Rendra bahkan sudah tidak mengerti lagi bagaimana cara menjelaskan perasaannya saat ini.

Rendra menatap kertas dan pena yang ada di mejanya, tangannya masih sakit untuk menulis tapi ia akan menuliskan pesan untuk orang-orang yang disayanginya, di atas kertas ini.


Julian datang ke rumah Rendra sesuai dengan jam yang diminta oleh temannya itu, bersama Johan tentunya.

Rumah Rendra kosong, sudah tidak seberantakan kemarin tapi seperti terasa ada yang aneh.

Johan duduk di sofa ruang tamu dan mulai memainkan ponselnya, “gue ke kamar Rendra dulu, sebentar” kata Julian yang hanya dijawab anggukkan oleh Johan.

Dengan acuh Johan masih memainkan ponselnya, ia berpikir di rumah Rendra benar-benar kosong dan tidak ada siapapun sampai tiba-tiba Julian kembali dengan nafas yang terengah-engah setelah berlarian dari kamar Rendra.

Di tangannya ada beberapa lembar amplop, masih berisi tetesan darah segar.

“Johan” panggil Julian dengan nada lirih yang membuat Johan langsung melotot kaget, “Rendra?” tanyanya.

Julian merosot, badannya seperti tidak memiliki energi untuk hanya sekedar berdiri karena tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Ia melihat Rendra sudah tidak bernyawa di atas meja belajarnya sendiri.


throw back, before Julian arrives

Rendra perlahan menaruh kembali kertas-kertas di hadapannya, memasukkannya ke dalam tiga amplop putih dengan rapih.

Dengan tangannya yang masih gemetar, diambilnya alat yang biasa digunakannya untuk memotong kertas dan didekatkan ke arah lehernya.

Dari pantulan cermin kecil yang ada di meja belajarnya, ia dapat melihat bagaimana benda tajam itu mulai menekan kulitnya hingga perlahan dapat dilihat darah mengalir dari lehernya.

Semakin banyak darah yang keluar dari lehernya, semakin Rendra menyadari kalau ia sudah dekat dengan kebahagiaan yang dimaksudnya.

untuk Harsa, alasanku bahagia.


ini surat yang ditulis sebelum Rendra meninggal.

Harsa, surat ini aku tulis untuk kamu, orang yang paling berarti buat aku (setelah mama tentunya)

gimana kabar kamu? udah lama kita gak ngobrol, semoga kamu selalu seneng ya... kalo kamu seneng, aku juga seneng.

aku pengen cerita deh, sebenernya akhir-akhir ini aku sedih, semua kerasa berat dan kacau.

aku masih gapunya siapa-siapa, semua udah berantakan.

aku capek... dan soal janjiku yang dulu, pas aku bilang ke kamu aku bakal bertahan... aku bilang ke kamu kalo aku bakal selalu ada disini...

aku minta maaf, ya? aku gak bisa nepatin janji itu. aku udah gak kuat untuk nahan semuanya, aku pengen ngelepasin semuanya.

Harsa, kamu pasti pernah bilang kan kalo bahagiaku, bahagia kamu juga? Pas kamu baca surat ini, mungkin aku udah bahagia dengan caraku sendiri.

Harsa... mungkin pas kamu baca surat ini, aku udah gak bisa ketemu kamu lagi, tapi aku pengen ngeliat kamu senyum. Harsa harus selalu bahagia ya?

Aku sayang kamu, selalu.

semuanya sudah berbeda, bahkan perasaan Harsa saat mendengar namanya.

sudut pandang Harsa

Kalau dipikir-pikir sebenarnya Harsa sendiri tidak tau apakah perbuatannya yang meninggalkan Rendra itu termasuk jahat atau tidak.

Malam itu yang ada di pikirannya hanyalah Rendra dan dirinya tidak akan bisa menjalani hubungan dengan sehat. Menurut Harsa, hubungan yang sudah tidak sehat memang harus diakhiri sebelum terjadi banyak hal yang tidak diinginkan.

Harsa sama sekali tidak tau bagaimana keadaan Rendra setelah putus dengannya karena sama sekali tidak ada keinginan sedikitpun untuk melihat ke belakang, cukup menjadi kenangan yang buruk baginya.

Mungkin terdengar jahat kalau Harsa mengatakan ia sengaja menutup mata terhadap usaha yang dilakukan Rendra. Ia sendiri takut untuk melihat bagaimana Rendra berusaha berubah untuk kembali lagi padanya karena bagi Harsa kalau mereka kembali bersama hanyalah akan mengulang lagi cerita yang dulu pernah dialaminya.

Cukup lelah, itu yang Harsa rasakan selama bersama Rendra. Mungkin ada beberapa hal yang menyenangkan baginya, tapi tidak banyak. Kestabilan mental keduanya juga sangat mempengaruhi yang mana keduanya sama-sama berantakan, membuat hubungan mereka juga sama berantakannya.

Setelah berpisah dari Rendra, yang Harsa rasakan adalah... seperti terbebas dari kurungan. Ia tidak bisa mengatakan kalau selama bersama Rendra, ia tidak merasakan bahagia sedikitpun karena setidaknya Rendra pernah menjadi sedikit dari alasan Harsa tersenyum. Namun, semuanya sudah berbeda, bahkan perasaan Harsa saat mendengar namanya.

Sulit bila dijelaskan, Harsa sendiri tidak tau sejak kapan perasaannya itu hilang. Dulu memang ia sangat menyayangi Rendra, memiliki perasaan ingin melindungi laki-laki rapuh itu. Namun lama kelamaan, yang dirasakannya lebih cenderung menjadi beban dimana ia harus terus-terusan merawat Rendra yang selalu berulang kali menyakiti dirinya sendiri.

Tidak dipungkiri kalau ada sedikit harapan di diri Harsa ketika melihat Rendra sudah berusaha berubah dengan tidak menyakiti dirinya sendiri, namun harapan itu hancur ketika ia mengetahui alasan dari perubahan baik yang dilakukan Rendra adalah untuk kembali lagi bersamanya.

Harsa sangat senang apabila Rendra memang benar-benar mau berubah menjadi orang yang lebih baik namun bukan untuk dirinya, ia ingin Rendra melakukan semuanya bukan untuk dirinya melainkan untuk Rendra sendiri.

Mungkin bisa dilihat dari bagaimana perubahan Harsa dan Rendra setelah keduanya berpisah. Rendra terlihat semakin kacau dan Harsa terlihat baik-baik saja. Memang begitu adanya.

Harsa benar-benar baik-baik saja, tidak ada sedikitpun penyesalan di dirinya karena sudah berpisah dari Rendra. Justru ia merasa, harinya menjadi lebih baik.