perthmark au
“gue udah minta lo dari awal untuk gak pake perasaan ke hubungan kita” kata Mark sambil memijat pelipisnya, terduduk di pinggiran kasur berusaha mengalihkan pandangannya dari tatapan sendu Perth yang ada di depannya sekarang.
“maksud lo gak pake perasaan gimana? setelah apa yang gue lakuin buat lo?” tanya Perth sambil memegang bahu Mark, berusaha membuatnya fokus kembali menatap Perth yang sudah tidak kuat menahan tangisnya.
selama ini mereka menjalin hubungan yang terbilang intens dan serius, memang sejak awal Mark sudah mengingatkan kalau ia mungkin saja tidak bisa membalas perasaan Perth, namun Perth selalu berusaha untuk membuat Mark merasa nyaman dan senang berada di sekitarnya.
memang, awal terjalinnya hubungan mereka adalah karena putusnya Mark dengan sang mantan kekasih dan Perth mengira ia bisa menggantikan kekosongan tempat bekas orang yang pernah dicintai Mark. Namun, semuanya salah karena apapun yang dilakukan oleh Perth hanya sia-sia, tenaga dan waktunya terbuang habis untuk orang yang selama ini ia harapkan yang bahkan sama sekali tidak menganggapnya.
“lo seriusan setelah semua yang gue lakuin buat lo?” tanya Perth lagi, berusaha memastikan. Ia menatap mata Mark yang ada di hadapannya, berusaha mencari kebohongan atau paling tidak rasa bersalah dari mata yang selalu menjadi penyemangatnya itu.
“gue masih sayang sama dia” jawab Mark sambil menghela napas dan kembali berusaha mengalihkan pandangannya dari Perth.
“lo gak usah nangis dan berusaha buat gue merasa bersalah” kata Mark yang langsung dihadiahi tatapan sinis oleh Perth.
ia tidak pernah berpikir akan jatuh kepada orang sejahat Mark yang sama sekali tidak memiliki rasa bersalah setelah menyakiti perasaan seseorang.
selama satu tahun lamanya menjalin hubungan dengan status yang tidak jelas, selalu meluangkan waktu, menjadikan Mark sebagai prioritasnya dan ia justru malah menjadi orang yang paling tidak pernah dilihat.
“kalo lo mau marah sama gue, silakan, gue akan nerima semuanya, lo bisa pukulin gue sekarang sebagai pelampiasan rasa kesel dan marah lo” kata Mark sambil beranjak dari duduknya, berusaha untuk mensejajarkan dirinya dengan Perth.
Mark tau, Perth tidak akan pernah bisa menyakitinya, bahkan untuk berbicara dengannya dengan nada tinggi pun Perth tidak akan bisa.
apapun yang Perth lakukan untuk Mark, semua tulus. Ia sama sekali tidak merasa direpotkan, ia melakukan semua hal untuk Mark dengan sepenuh hatinya, justru hal itu yang bisa membuatnya merasa bahagia.
Sekarang, semua akan selesai disini.
“mending lo yang pukulin gue, pukulin sampe mati kalo bisa” kata Perth sambil meremas kerah baju Mark, menatapnya dengan ekspresi yang bahkan sudah tidak bisa dideskripsikan seberapa kacaunya, dengan air mata yang sudah tidak lagi bisa tergenang di pelupuk matanya.
“kasih tau gue apa yang lo mau sebagai ganti rugi waktu dan tenaga lo selama setahun ke belakang” kata Mark sambil menyingkirkan tangan Perth dari kerah bajunya.
ia sama sekali tidak menginginkan apapun dari Mark, ia hanya ingin Mark, bahkan ia rela membuang dan meninggalkan apapun demi laki-laki yang ada di hadapannya sekarang.
“gue gak mau lo ninggalin gue segampang itu” jawab Perth dengan nada lirih, terdengar sangat putus asa di telinga Mark.
Mark menggeleng sambil tertawa remeh setelah mendengar jawaban Perth, ia sudah menduga jawaban itulah yang akan keluar dari mulutnya.
“sorry, gue gak bisa” jawab Mark singkat sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamar Perth.
Perth menatap punggung Mark yang pergi keluar dari kamarnya, sudah tidak kuat lagi menahan tangisannya, semua air mata keluar seiring dengan menghilangnya Mark dari balik pintu kamarnya.
Mark terus memijat pelipisnya, kepalanya pening setelah perdebatannya dengan Perth. Dadanya sakit harus mengatakan kata-kata yang sebenarnya tidak ingin ia katakan.
Bohong kalau Mark mengatakan ia tidak memiliki perasaan apapun kepada Perth. Bohong kalau ia mengatakan sama sekali tidak menyayangi Perth.
Memang awalnya hubungan Perth dan Mark terjalin karena adanya masalah yang timbul antara Mark dan sang mantan kekasih, namun semua hal yang terjadi di hubungan mereka bukan hanya sebatas Mark yang menjadikan Perth pelarian dari masalah.
Tentunya Mark memiliki alasan yang kuat kenapa melakukan hal sejahat itu kepada Perth, ia ingin Perth melupakannya dan memulai kehidupannya yang baru tanpa Mark.
Sakit bagi Mark melihat bagaimana keadaan Perth, namun ia merasa sama sekali tidak pantas menerima bahkan satu tetes air mata dari orang yang sangat tulus itu, tidak pantas karena ia tidak akan bisa memberikan perasaan yang sepenuhnya pada Perth.
Ia hanya takut, takut akan membuat Perth lebih sakit lagi nantinya. Takut membuat Perth semakin membuang waktunya sia-sia bagi orang yang sama sekali tidak bisa mengerti dirinya, yang hanya bisa merepotkan dan menyusahkannya.
Mark menyadari dengan cara berpisah seperti ini tidak akan menjadi hal yang mudah bagi Perth bahkan bagi mereka berdua, namun hanya hal inilah yang Mark bisa lakukan.
Tanpanya, mungkin Perth tidak akan kesulitan lagi.
Tanpanya, mungkin Perth tidak akan membuang waktunya secara sia-sia lagi.
Tanpanya juga, mungkin Perth tidak akan merasakan sakit hati lagi.
Ya, mungkin.