Rumah

Rendra & Harsa


tw // mentioning death, suicidal, self harm, blood.


Sesampainya Harsa di rumah Rendra, ia bisa langsung melihat bagaimana kacaunya keadaan rumah Rendra dengan banyaknya pecahan beling yang berserakan di ruang tamunya dan beberapa barang yang sudah berjatuhan tidak lagi berada di tempat semula.

Cepat-cepat Harsa langsung naik ke lantai dua menuju kamar Rendra, “kamu gapapa?” tanyanya saat melihat keadaan Rendra yang cukup kacau, masih dengan baju kaos polosnya yang terkena sedikit cipratan darah.

Harsa sudah tau, pacarnya itu pasti lagi-lagi melukai dirinya sendiri. Ia langsung memeluk Rendra, “aku gapapa,” jawab Rendra yang tidak seperti biasanya, sama sekali tidak ada isak tangis atau napas yang terasa tidak beraturan namun pandangannya kosong. Harsa tau, sebentar lagi Rendra akan meledak.

“Ayo kita ke rumahku sekarang, kamu mau cuci tangan dulu?” tanyanya.

Tanpa menjawab pertanyaan Harsa, Rendra langsung mengambil beberapa lembar tissue untuk menutupi luka yang ada di tangannya.

“Gak usah, darahnya gak banyak,” jawab Rendra langsung beranjak dari duduknya, “ayo kita ke rumah kamu.” Kata Rendra.


“Kamu tadi keluar sama siapa aja?” tanya Rendra, bajunya sudah diganti dengan baju yang sudah disiapkan Harsa tadi setelah mereka sampai.

“Aku keluar sama Johan,” jawabnya yang langsung mendpat tatapan bingung dari Rendra, “ngapain?” tanya Rendra lagi, nadanya terdengar berbeda dari biasanya.

“Main aja, kaya biasanya,” jawab Harsa lalu menempatkan diri duduk di sebelah Rendra.

Rendra langsung mendekatkan badannya ke Harsa, memeluknya dengan wajah murung. Harsa tau Rendra sangat membutuhkannya di saat seperti ini, Harsa tau kok, pacarnya ini sebenarnya adalah orang yang kuat, hanya saja kadangkala manusia memiliki batas kekuatan yang berbeda.

Harsa langsung mengelus kepala Rendra, mencoba memberikan ketenangan untuk Rendra sampai akhirnya laki-laki itu menangis dengan suara isakan yang sangat pelan, seperti ditahan.

“Jangan ditahan nangisnya, keluarin aja biar kamu lega.” Kata Harsa yang membuat air mata Rendra makin deras turun ke pipinya bahkan sudah membasahi dada Harsa.

Rendra terus menangis sesenggukan dengan posisi tangan masih meremas bajunya sendiri. Harsa masih disana, tidak berusaha menenangkan namun memberikan energi, menguatkan Rendra dengan cara lain.

“Makasih Harsa” kata Rendra lalu mengelap air mata di wajahnya.

Harsa tersenyum melihat bagaimana berantakan pacarnya malam itu, ia sangat menyayangi Rendra, “Sama-sama, sayang. Udah ya sedihnya?”

Rendra mengangguk sambil tersenyum, “aku gak tau bakalan gimana, kalo gak ada kamu mungkin aku udah mati sekarang,” katanya. Harsa tau, keadaan Rendra sedang tidak baik-baik saja, mungkin ia bisa menegur Rendra lain kali atas perkataan yang keluar barusan, yang cukup sensitif dan justru membuat Harsa takut.

Harsa senang mengetahui Rendra menganggapnya sebagai rumah, namun ia takut Rendra akan semakin kacau kalau nanti ia tak ada di sampingnya.