sorry
filmlove au
“maaf” ucap Film sambil menundukkan kepalanya. Satu jam lebih berdebat dengan Love, tidak menemukan kesimpulan apapun yang membuat keduanya meributkan hal-hal tidak penting.
“gak usah minta maaf, kamu gak salah” kata Love mengalihkan pandangannya dari Film, ia tau kalau ia akan menangis melihat bagaimana kacaunya Film saat ini di hadapannya, sudah berkali-kali pacarnya itu mengucapkan kata maaf.
Keduanya saling tau kalau mereka berdua masih sama-sama lelah, sama-sama tidak stabil, memang agak egois untuk memaksakan hubungan di saat seperti ini. Memang, keduanya saling menyayangi namun bukan berarti bisa selalu saling mengerti. Sangat sulit memang ketika keduanya sama-sama berusaha bertahan namun entah apa yang berusaha dipertahankan.
Takut kehilangan? entah, salah satu atau mungkin keduanya takut kehilangan. Semuanya memang sudah sangat berbeda, tidak sama seperti dulu lagi, terlalu banyak kesalahpahaman, terlalu banyak tangisan, amarah dan segala hal yang bisa saja merusak hubungan keduanya.
Kunci dari suatu hubungan adalah komunikasi, namun bagaimana jadinya apabila setiap salah satu berusaha mengkomunikasikan, namun yang satunya justru bisa dengan sangat mudah tersulut? Memang setiap manusia memiliki sifat dan tingkat kesensitifan emosional yang berbeda, namun entah apa yang harus dipertahankan di dalam hubungan ini.
“aku selalu bikin kamu sedih” kata Film sambil masih berusaha mengelap air matanya yang terus mengalir. Love hanya bisa diam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pacarnya itu, ia ingin menentang omongan itu namun yang bisa ia lakukan hanya diam karena pernyataan itu tidak sepenuhnya salah.
Film bisa menjadi alasan dari segalanya bagi Love, bisa menjadi alasan kenapa ia bertahan, kenapa ia tertawa dan tersenyum setiap harinya. Namun kekasihnya itu juga bisa menjadi alasan dari kenapa ia bersedih, marah atau merasa kesal. Ia tidak bisa begitu saja menyalahkan pacarnya, bahkan tidak akan pernah menyalahkan pacarnya sama sekali atas emosi negatif yang ada di dalam dirinya.
Love percaya kalau ia bersabar, semua mungkin bisa menjadi lebih baik, setidaknya untuk orang yang disayanginya. Terkadang memang Love merasa sangat egois bahkan hanya untuk sekedar mengatakan bagaimana suasana hatinya, untuk mengatakan apa yang ia rasakan sebenarnya karena itu bisa menjadi penyebab dari segala macam perselisihan yang terjadi dalam hubungan keduanya.
Berkali-kali permasalahan seperti ini terjadi, mempermasalahkan hal sepele yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Keduanya merasakan banyak perubahan, mulai dari tingkat emosional yang tidak stabil, selalu berpikir negatif dan sulit saling mengerti. Sangat sulit rasanya saling menguatkan seperti dulu.
“aku harus apa biar kamu balik kaya dulu lagi?” tanya Love sambil masih menangis, berusaha untuk terus memegang tangan Film yang ada di hadapannya.
Film hanya menggelengkan kepalanya, “aku gak tau...”
“gapapa kok... maaf ya aku terlalu maksa kamu dan bikin kamu gak nyaman” kata Love lalu melepaskan genggaman tangannya dan memeluk Film.
“aku masih sayang kamu, sayang banget. aku berharap kamu masih ngerasain yang sama” ucap Love, masih dengan air mata yang mengalir di pipi dan mulai membasahi bahu Film yang dipeluknya.
“aku juga... aku masih sayang kamu, sampai sekarang pun masih” jawab Film lalu membalas pelukan Love.
“aku mau berubah, mau balik kaya dulu lagi biar kamu seneng” kata Film yang disambut gelengan kepala oleh Love, “jangan dipaksain, buat apa aku seneng kalau kamunya enggak?” tanya Love yang langsung membuat Film terdiam sejenak.
“aku mau perbaikin semuanya, aku masih mau disini sama kamu, kita mulai lagi dari awal, kamu mau?” tanya Film.
Love menganggukkan kepalanya singkat, “kita mulai lagi sama-sama...” jawab Love kembali melepaskan pelukan keduanya dan menatap Film sambil menggenggam tangan kekasihnya itu.
“makasih ya” katanya.
“aku yang bilang makasih” jawab Film.
“aku sayang kamu, Film”
“aku juga, aku selalu sayang kamu, Love”