Bali
Sudah memasuki hari ke lima, Saeron dan Yeri menghabiskan waktu keduanya di Bali dengan berdiam di salah satu unit villa terbesar di Bali.
Yeri sangat menikmati bagaimana keduanya bersantai dan menghabiskan waktu bersama, terlebih keduanya sama-sama jarang memegang ponsel masing-masing dan sibuk berbincang, bercanda, dan tertawa, benar-benar menghabiskan waktu dengan berkualitas.
Saeron yang beberapa minggu ini agak kelimpungan karena tugas dan perkuliahan sebelum mendapatkan libur semester, ia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Yeri yang bisa selalu menemaninya kemanapun bahkan ketika ia kesulitan.
Malam ini, keduanya berencana menghabiskan waktu di pantai belakang villa dengan hidangan yang sudah mereka pesan beserta api unggun kecil sebagai penghangat.
Dapat terdengar bagaimana deburan ombak dan hembusan angin menerpa, Yeri dan Saeron, keduanya masih fokus menatap pantai dengan langit gelap dan pencahayaan yang minim dari api unggun kecil.
Dua gelas wine berada di sebelah mereka, keheningan menyelimuti keduanya sampai Saeron mengajak Yeri untuk duduk lebih dekat, “sinilah, jangan jauh-jauh” ajaknya lalu merangkul Yeri, sudah menjadi kebiasaan untuk si puan tinggi itu.
Yeri kembali merasakan bagaimana kupu-kupu di perutnya bereaksi, rasanya malam ini adalah malam yang akan selalu diingat sebab bagaimana ia dan orang yang dicintainya, saling merangkul menatap ombak yang bergulung.
Perlahan Yeri menyandarkan kepalanya di bahu Saeron, rasanya sangat nyaman walaupun jantungnya berdebar cepat.
Saeron masih terus merangkul Yeri, sesekali menikmati wine yang sudah dipesannya tadi, “Rasanya pengen hidup di Bali selamanya” kata Saeron tiba-tiba yang membuat Yeri langsung menoleh, menatap Saeron yang merangkulnya malam itu.
“Kenapa?” tanyanya.
“Enak aja ... Bali itu tenang, kalo bisa gue mau tinggal di Bali aja setelah lulus nanti, gue bisa ke pantai setiap gue capek” jawab Saeron sambil menghela nafas, Yeri bisa melihat senyuman tipis di wajah sahabatnya itu.
“Kalo gitu, gue juga bakal ikut tinggal di Bali setelah lulus” katanya sambil terkekeh yang —entah kenapa, membuat Saeron menolehkan wajahnya yang justru membuat jarak wajah keduanya sangat dekat.
Didukung oleh suasana pantai yang tenang malam itu, Saeron dan Yeri berakhir dengan saling mempertemukan bibir keduanya.
Semuanya terjadi begitu saja malam itu, entah apa yang ada di pikiran keduanya. Yeri sama sekali tidak ingat kenapa hal itu bisa terjadi, di luar kendalinya, mungkin.
Yeri malam itu dengan panik langsung meminta maaf pada sahabatnya, takut Saeron merasa tidak nyaman dengan apa yang baru saja terjadi, namun jawaban sahabatnya itu di luar ekspektasi, “gapapa, santai aja” kata Saeron sambil kembali meminum winenya.